Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ilmuwan: Es Antartika Bisa Mencair Lebih Cepat dari Perkiraan

image-gnews
Retakan yang menandakan lepasnya gunung es raksasa D28 di Antartika timur. (Australian Antarctic Division)
Retakan yang menandakan lepasnya gunung es raksasa D28 di Antartika timur. (Australian Antarctic Division)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Ph.D UniSA Alicia Pollett, di bawah pengawasan Associate Professor Geology and Geochemistry Tom Raimondo mengungkapkan panas dari daratan di bawah lapisan es Antartika merupakan hal utama yang membuat gletser mencair dan mengalir.

Dampaknya terhadap kenaikan permukaan laut sangat potensial, karena kondisi yang lebih panas memungkinkan air lelehan untuk melumasi dasar gletser, mempercepat pergerakannya dan tingkat kehilangan es.

"Temuan penelitian akan memungkinkan para ilmuwan untuk lebih akurat memperkirakan efek aliran panas geotermal dari kerak Antartika pada es di atas," ujar Pollett, seperti dikutip laman Phys, Senin, 2 Desember 2019.

Penelitian oleh UniSA menantang asumsi dan menunjukkan para ilmuwan mungkin telah meremehkan panas yang dihasilkan oleh batuan dasar di Antartika Timur.

Mereka menggunakan sampel program pengeboran Departemen Pertambangan & Energi Geoscience Australia/SA di Australia bagian paling barat jauh, Australia Selatan, daerah yang disebut Provinsi Coompana, untuk memperkirakan aliran panas di Antartika Timur. Australia dan Antartika Timur digabungkan 160 juta tahun yang lalu.

"Ini adalah langkah pertama menuju peta aliran panas yang lebih representatif dari kerak Antartika, yang akan membantu komunitas ilmiah untuk lebih akurat memprediksi kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh pencairan es," kata Pollett.

Sebelumnya para ilmuwan berasumsi nilai tetap untuk jumlah panas yang dihasilkan oleh kerak bumi di Antartika, seolah-olah batuan dasar itu seragam padahal sebenarnya sangat bervariasi. Karena itu logistik mengakses batuan dasar melalui es hingga beberapa kilometer.

Menurut Raimondo, temuan menunjukkan bahwa ada variabilitas signifikan dalam panas yang dihasilkan oleh batuan dasar di Australia selatan yang sebelumnya bergabung dengan Antartika.

"Karena Antartika Timur dan Australia selatan pernah menjadi bagian dari daratan yang sama, hampir seperti dua keping puzzle yang sama, kami dapat memperkirakan data dari garis pantai Australia ke garis pantai yang cocok di Antartika dengan tingkat kepercayaan yang tinggi," tutur Raimondo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penelitian tersebut menyediakan model yang lebih kuat untuk aliran panas di Antartika Timur. Hasilnya menunjukkan bahwa ilmuwan meremehkan jumlah panas yang dihasilkan dari radiasi yang terjadi secara alami di bebatuan di bawah Antartika Timur.

"Artinya bahwa area luas berpotensi lebih rentan terhadap pergerakan lapisan es dan percepatan pencairan daripada yang kita duga sebelumnya," lanjut Raimondo.

Batuan di bawah lapisan es menghasilkan panas karena mengandung sejumlah kecil unsur uranium, thorium, dan kalium, yang mengalami peluruhan radioaktif alami untuk melepaskan panas. Meskipun belum dimungkinkan mendapatkan sampel inti batuan dasar di Antartika, gletser itu melayani tujuan yang berguna dalam mengekspos batuan di pangkalan mereka.

Raimondo mengatakan sampel ini, termasuk beberapa yang dikumpulkan pada ekspedisi yang dipimpin oleh Sir Douglas Mawson antara tahun 1911 dan 1914. Dan memungkinkan untuk mengembangkan virtual drillcore yang dapat digunakan untuk membantu menghitung peta aliran panas.

"Ambisi kami berikutnya adalah untuk menghasilkan peta berbasis web yang berisi kompilasi dari semua data geologi yang diterbitkan," tambah Raimondo. "Dan warisan dari beberapa dekade penelitian di Antartika untuk membuatnya tersedia bagi semua peneliti."

Makalah penelitian, aliran panas di selatan Australia dan koneksi dengan Antartika Timur, diterbitkan dalam jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems.

PHYS | GEOKIMIA GEOFISIKA GEOSYSTEMS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

17 jam lalu

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

23 jam lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

9 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

16 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

22 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

30 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

31 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

31 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

34 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

36 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.